Selasa, 24 Juli 2012

The Answer: Mundur Grak!

*di warung bakso malang*

*clue*

*keputusan*

Terima kasih untuk semuanya :)

Ditiup Tak Sesulit Meniup


Ibarat orang yang mengatakan, “Teori doang sih gampang, prakteknya dong!” Itulah kerja wasit. Karna gue timeline addict, sering di Twitter gue nemuin orang yang mencaci kinerja wasit ketika ada pertandingan seru. Apalagi keputusannya menuai kontroversi bagi yang melihat. Satu keputusan dengan banyak mata, lawan yang ga seimbang.

Awalnya setiap pertandingan basket, ketika gue merasa ada suatu foul yang dilakukan ke gue tanpa adanya call dari wasit, gue selalu berteriak. Menghampiri wasitnya seraya bertanya atau bahkan berargumen dengan mimik, “Foul Ref! Foul!” Dan wasit ngeloyor pergi gitu aja dengan raut membalas, “Itu ngga pelanggaran.”

Waktu itu di perusahan tempat temen gue bekerja mau ngadain pertandingan basket. Boleh dikatakan semi-resmi lah karna keterbatasan beberapa aspek. Ditunjuk lah gue sebagai wasit untuk mimpin pertandingannya. Dengan modal dua malam gue selalu mencari dan meresap semua informasi tentang perwasitan yang harus gue tau sebelum mimpin pertandingan ini, istilahnya nyari A to Z Reffere.

Setelah semua itu selesai hal yang pertama gue lakukan adalah praktek. Ya, praktek! Praktek di lapangan untuk memimpin pertandingan anak-anak yang lagi pada latihan basket. Sulit sih, tapi gue yakin pasti bisa.

Dan saat itu pun tiba pada waktunya. Dalam sehari gue memimpin dua pertandingan sekaligus. Betapa terkejutnya ketika tau gue harus kerja sendiri tanpa adanya bantuan dari asisten wasit. Ga kebayang! Satu lapangan, satu bola, sepuluh orang, dua ring basket, dan satu wasit!

Dari kejadian ini gue banyak belajar. Gue yang sering 'ngedumel' sama wasit, gue yang sering protes keputusan wasit, semua seperti tercermin balik.

Ternyata ada baiknya kita nonton film Kiamat Sudah Dekat dan belajar ilmu ikhlas-nya Bang Fandy.