Memang indah
rasanya bisa “menyulap” keinginan semu menjadi sebuah keajaiban. Mungkin hanya
“orang-orang terpilih” yang bisa mendapatkannya. Disaat semua mimpi tidak
tercapai, ada point pembelajaran lagi
yang harus kita petik, kebesaran hati menerima itu semua.
Kira-kira
dua bulan yang lalu tim basket gue mengikuti kejuaraan Junio JRBL 2012 Jakarta Series. Ajang pertandingan bola basket
bergengsi di Jakarta Raya. Pesertanya pun ga sembarangan. Tim-tim berkelas
dijajaran SMP yang gue rasa pernah lebih dulu mencoba atmosfir seperti ini.
Awalnya ada
nada pesimis ketika gue memberikan proposal kejuaraan itu ke pihak sekolah.
Berbekal pengetahuan seadanya kalo birokrasi disitu sulit untuk memberikan izin
jika tidak ada embel-embel surat kedinasan, dengan nekat gue tetap menerobos.
Pertanyaan
muncul dalam benak. “Apakah proposal itu
akan disetujui seperti mimpi gue waktu itu?”
Ya! Sebelum
memberanikan diri mengajukan proposal, gue terlebih dahulu dapat gambaran di
mimpi kalo proposal itu akan disetujui pihak sekolah. Pas bangun tidur, gue
merasa seneng banget dapet mimpi kaya gitu dan berharap semua itu bisa menjadi
kenyataan. Tapi yaa lagi-lagi. Mimpi hanyalah bunga tidur!
Setelah
melewati semua proses yang rumit akhirnya kita benar-benar berada pada saat
dimana kita memang benar-benar menginginkan hal ini. Kebetulan gue disini tidak
lagi menjadi seorang pelatih, melainkan menjadi seorang manajer. Gue yang
berjibaku melawan ke-egoisan agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana; ikut
pertandingan-main-menang. Gue hanya memimpikan yang seperti itu.
Kenyataan
pada saat drawing membuat gue agak
bisa bernafas lebih panjang. Kita langsung masuk ke babak kedua dan ga perlu
ikut penyisihan terlebih dahulu. Lawannya? Sekolah tetangga yang bertanding
pada saat opening dan masih satu
kecamatan, sekolah yang menurut gue punya pemain starter dan pemain bench
yang sama kuatnya.
Coba
beristirahat sejenak melupakan lawan yang tangguh. Dalam tidur lagi-lagi gue
dapet mimpi yang (menurut gue) baik; bisa ngalahin sekolah tetangga! Ini
menjadi suntikan kekuatan positif buat gue. Coba menularkan semangat ke semua
pemain.
Ketika
semuanya siap untuk bertanding, gue pun siap untuk menyambut mimpi menjadi
kenyataan. Siap untuk maju ke babak selanjutnya seperti mimpi gue itu. Terlihat
semangat anak-anak yang membara, keuletan mereka bekerja dilapangan, sifat yang
pantang menyerah terus dilakukan, sepertinya keinginan menang lebih besar
dimiliki anak-anak ketimbang gue.
Terima kasih untuk mimpi indahnya. Ternyata Cinderella belum bangkit dari tidurnya. Masih banyak aspek yang harus dibenahi hingga suatu saat mimpi ini cepat terwujud. Cepat atau lambat, kesiapan selalu menjadi faktor penentu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar