Kamis, 29 November 2012

Mimpi Hanyalah Bunga Tidur

Banyak dari sebagian orang pernah merasakan disaat sebuah mimpi yang menemani tidurnya menjadi kenyataan. Gue, satu diantara banyaknya orang yang menikmati hal itu.


Memang indah rasanya bisa “menyulap” keinginan semu menjadi sebuah keajaiban. Mungkin hanya “orang-orang terpilih” yang bisa mendapatkannya. Disaat semua mimpi tidak tercapai, ada point pembelajaran lagi yang harus kita petik, kebesaran hati menerima itu semua.

Kira-kira dua bulan yang lalu tim basket gue mengikuti kejuaraan Junio JRBL 2012 Jakarta Series. Ajang pertandingan bola basket bergengsi di Jakarta Raya. Pesertanya pun ga sembarangan. Tim-tim berkelas dijajaran SMP yang gue rasa pernah lebih dulu mencoba atmosfir seperti ini.

Awalnya ada nada pesimis ketika gue memberikan proposal kejuaraan itu ke pihak sekolah. Berbekal pengetahuan seadanya kalo birokrasi disitu sulit untuk memberikan izin jika tidak ada embel-embel surat kedinasan, dengan nekat gue tetap menerobos.

Pertanyaan muncul dalam benak. “Apakah proposal itu akan disetujui seperti mimpi gue waktu itu?”

Ya! Sebelum memberanikan diri mengajukan proposal, gue terlebih dahulu dapat gambaran di mimpi kalo proposal itu akan disetujui pihak sekolah. Pas bangun tidur, gue merasa seneng banget dapet mimpi kaya gitu dan berharap semua itu bisa menjadi kenyataan. Tapi yaa lagi-lagi. Mimpi hanyalah bunga tidur!

Setelah melewati semua proses yang rumit akhirnya kita benar-benar berada pada saat dimana kita memang benar-benar menginginkan hal ini. Kebetulan gue disini tidak lagi menjadi seorang pelatih, melainkan menjadi seorang manajer. Gue yang berjibaku melawan ke-egoisan agar semuanya bisa berjalan sesuai rencana; ikut pertandingan-main-menang. Gue hanya memimpikan yang seperti itu.

Kenyataan pada saat drawing membuat gue agak bisa bernafas lebih panjang. Kita langsung masuk ke babak kedua dan ga perlu ikut penyisihan terlebih dahulu. Lawannya? Sekolah tetangga yang bertanding pada saat opening dan masih satu kecamatan, sekolah yang menurut gue punya pemain starter dan pemain bench yang sama kuatnya.

Coba beristirahat sejenak melupakan lawan yang tangguh. Dalam tidur lagi-lagi gue dapet mimpi yang (menurut gue) baik; bisa ngalahin sekolah tetangga! Ini menjadi suntikan kekuatan positif buat gue. Coba menularkan semangat ke semua pemain.

Ketika semuanya siap untuk bertanding, gue pun siap untuk menyambut mimpi menjadi kenyataan. Siap untuk maju ke babak selanjutnya seperti mimpi gue itu. Terlihat semangat anak-anak yang membara, keuletan mereka bekerja dilapangan, sifat yang pantang menyerah terus dilakukan, sepertinya keinginan menang lebih besar dimiliki anak-anak ketimbang gue.

Terima kasih untuk mimpi indahnya. Ternyata Cinderella belum bangkit dari tidurnya. Masih banyak aspek yang harus dibenahi hingga suatu saat mimpi ini cepat terwujud. Cepat atau lambat, kesiapan selalu menjadi faktor penentu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar